Kelompok Usia Remaja di Indonesia Mengalami Tiga Beban Masalah Gizi
INFO DAPODIK & PENDIDIKAN - Kelompok usia remaja di Indonesia mengalami tiga beban masalah gizi, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan defisiensi zat gizi mikro.
Ketiga masalah tersebut penting untuk diperhatikan karena memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan remaja, generasi penerus, dan bangsa.
Remaja putri yang mengalami kekurangan gizi dan defisiensi zat gizi mikro berisiko lebih besar untuk melahirkan keturunan yang kekurangan gizi pula.
Remaja yang kelebihan gizi lebih berisiko terkena berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2 ketika dewasa.
Masalah-masalah gizi tersebut dapat menurunkan produktivitas remaja saat dewasa dan pada akhirnya menjadi hambatan bagi pembangunan negara.
Selain itu, tingginya jumlah orang dewasa yang mengalami penyakit tidak menular juga berpotensi menambah beban ekonomi negara.
Berikut penjelasan dari tiga beban masalah gizi yang dialami oleh kelompok usia remaja yang ada di Indonesia:
Gizi Kurang
Gizi kurang pada remaja umumnya terjadi karena kekurangan asupan gizi akibat pola makan yang salah, seperti melewatkan waktu makan atau mengikuti diet kekinian dengan pembatasan makanan yang sangat ketat.
Gizi kurang meningkatkan risiko remaja untuk terkena infeksi dan mengalami gangguan hormon.
Remaja perempuan yang memasuki kehamilan dalam kondisi gizi kurang atau kurus dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan dapat melahirkan anak dengan berat badan lahir yang rendah.
Untuk mencegah dan mengatasi gizi kurang, remaja perlu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.
Gizi kurang pada remaja dapat di deteksi melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT).
Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan lebih dari 8% remaja usia 13-15 tahun mengalami gizi kurang (thinnes), sedangkan 26% pendek dan sebanyak 16% mengalami gizi lebih (overweight) dan obesitas (Kementerian Kesehatan RI, 2018a).
Gizi Lebih dan Obesitas
Gizi lebih dan obesitas pada remaja terjadi karena asupan gizi yang berlebih, melebihi kebutuhan tubuh, dalam jangka waktu yang lama, serta kurangnya aktivitas fisik.
Gizi lebih dan obesitas meningkatkan risiko remaja untuk terkena penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), jantung koroner, kanker, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya.
Gizi lebih dan obesitas juga meningkatkan risiko remaja mengalami perundungan (bullying) akibat bentuk tubuhnya.
Untuk mencegah dan mengatasi gizi lebih dan obesitas, remaja perlu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, melakukan aktivitas fisik, mengelola stres, dan istirahat yang cukup.
Anemia
Data survei nasional di tahun 2013 menunjukkan bahwa seperempat remaja putri usia 13-18 tahun menderita anemia (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Salah satu masalah kekurangan gizi yang banyak ditemui pada remaja di Indonesia adalah anemia.
Anemia diartikan sebagai kondisi rendahnya kadar Hemoglobin di dalam sel darah merah tubuh, yaitu <12 g/dL untuk remaja putri usia 12-14 tahun yang tidak hamil dan <13 g/dL untuk remaja laki-laki (World Health Organization, 2011).
Hemoglobin terbentuk dari zat besi dan protein.
Anemia dapat diketahui melalui pemeriksaan darah dan pemeriksaan fisik yang ditandai dengan bagian dalam kelopak mata dan telapak tangan berwarna pucat.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengantarkannya ke seluruh sel di dalam tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Kekurangan hemoglobin di dalam tubuh mengakibatkan badan terasa lemah, lesu, mudah lelah, atau dikenal dengan 5L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai).
Gejala-gejala tersebut biasanya disertai dengan sakit kepala dan pusing (kepala terasa berputar), mata kunang-kunang, dan sulit konsentrasi.
Penurunan kebugaran dan kemampuan berkonsentrasi disebabkan karena otot dan otak tidak mendapat suplai oksigen yang memadai.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menurunkan prestasi belajar siswa dan produktivitasnya kelak saat dewasa.
Sangat disayangkan sekali, remaja adalah kelompok yang sangat rentan mengalami anemia karena sedang mengalami pertumbuhan.
Terlebih, remaja putri mengalami menstruasi yang mengakibatkan tubuh kehilangan darah dalam jumlah signifikan.
Penyebab anemia yang paling lazim ditemui di Indonesia adalah kekurangan asupan zat besi atau disebut anemia gizi besi.
Oleh karena itu, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memastikan remaja mendapat asupan zat besi yang cukup.
Asupan zat besi dapat diperoleh melalui 2 (dua) acara, yaitu sebagai berikut:
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi dan protein, seperti hati ayam, telur, daging sapi, kerang, kacang kedelai, kacang hijau, bayam merah, dan sebagainya.
Zat besi yang diperoleh dari konsumsi pangan hewani, seperti hati ayam, lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dari pangan nabati, seperti bayam merah.
Untuk memaksimalkan penyerapan zat besi, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi vitamin C bersamaan dengan konsumsi makanan tinggi zat besi.
Contoh makanan tinggi vitamin C adalah buah jeruk, jambu biji, pepaya, mangga, dan stroberi.
Sebaliknya, terdapat beberapa jenis makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi.
Oleh karena itu disarankan agar tidak mengkonsumsi makanan sumber zat besi bersamaan dengan minum teh dan kopi.
- Meminum Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri, satu kali satu tablet seminggu sekali sepanjang tahun.
TTD dianjurkan untuk diminum di hari yang sama setiap minggu nya, diminum setelah makan, diminum dengan air putih, tidak diminum bersamaan dengan minum teh, kopi, atau susu, serta obat sakit maag.
Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga penyerapan zat besi terhambat.
Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang mengandung kalsium.
Sebaliknya, untuk meningkatkan penyerapan zat besi, dianjurkan makan buah yang banyak mengandung vitamin C sebelum atau sesudah mengkonsumsi TTD.
Selain mencegah anemia, konsumsi TTD juga membantu mempercepat penyembuhan anemia pada remaja.
Mengingat banyaknya remaja yang mengalami anemia, maka WHO dan Kementerian Kesehatan RI menganjurkan seluruh remaja putri untuk minum TTD, termasuk remaja putri yang belum pernah melakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb).
Pemberian TTD pada remaja putri dilakukan dengan berkoordinasi dengan Puskesmas setempat (Kementerian Kesehatan RI, 2018b; Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Tidak perlu khawatir remaja akan mengalami kelebihan zat besi karena tubuh memiliki kemampuan untuk membuang zat besi berlebih, kecuali pada remaja yang menderita kelainan metabolisme tertentu.
Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping pada sebagian kecil orang.
Efek samping tersebut berupa nyeri di ulu hati, mual, dan tinja berwarna kehitaman akibat kelebihan zat besi yang dikeluarkan tubuh melalui tinja.
Akan tetapi, efek samping tersebut tidak berbahaya bagi tubuh dan lama-kelamaan akan berkurang seiring tubuh melakukan penyesuaian.
Untuk meminimalisir efek samping, TTD sebaiknya diminum setelah makan atau sebelum tidur.
Body Image
Body image merupakan persepsi dan sikap seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, terutama penampilan fisiknya (Cash, T.F. & Pruzinsky, T. 2004).
Persepsi body image yang positif dapat berupa sikap menerima dan menghargai bentuk dan ukuran tubuhnya apa adanya yang akan terpancar dari kepercayaan diri remaja.
Sebaliknya, persepsi body image yang negatif adalah sikap ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya yang dapat mengakibatkan seorang remaja memiliki tekanan emosional dan tidak percaya diri sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya.
Pada masa remaja, perkembangan fisik dan psikologis berlangsung cepat sehingga membuat remaja rentan terhadap body image negatif.
Tekanan sosial yang tinggi terhadap bentuk tubuh yang ideal dapat memicu ketidakpuasan remaja terhadap penampilan fisiknya sehingga melakukan berbagai upaya untuk dapat tampil se-ideal mungkin.
Hal ini dapat memicu berbagai gangguan makan seperti penerapan diet ekstrim, anorexia nervosa, dan bulimia yang dapat menyebabkan berbagai masalah gizi dan kesehatan pada remaja.
Agar remaja dapat terhindar dari body image negatif, perlu adanya edukasi dan dukungan dari lingkungannya agar remaja dapat menghargai penampilan fisiknya dengan melakukan upaya-upaya untuk memelihara pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan ber-aktivitas fisik secara teratur.
Gizi sebagai suatu masalah di usia remaja patut mendapatkan perhatian dan prioritas karena investasi di gizi remaja akan menghasilkan 3 (tiga) keuntungan (triple dividend) yaitu sebagai berikut:
- Kesehatan dan kesejahteraan remaja saat ini,
- Kesehatan dan kesejahteraan remaja saat dewasa dan
- Kesehatan serta kesejahteraan generasi berikutnya.
Demikian penjelasan dan informasi mengenai Kelompok Usia Remaja di Indonesia Mengalami Tiga Beban Masalah Gizi, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.
Terima Kasih.
Salam Satu Data Pendidikan Indonesia.
Post a Comment