Pemicu Anak Bertindak Agresif
Secara hipotetis, faktor-faktor determinan penyebab terjadinya perilaku agresif dalam penelitian antara lain karena faktor keluarga/orang tua, rekan sebaya, lingkungan sosial/ tetangga, pengaruh media massa, dan arena kondisi internal.
Sebuah penelitian terhadap 311 responden remaja dari tiga permukiman dengan tingkat kekumuhan berbeda menunjukkan bahwa model hipotetis penyebab perilaku agresif remaja yang tinggal di kawasan permukiman kumuh terbukti fit, dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku agresif remaja juga terbukti signifikan berpengaruh terhadap perilaku agresif remaja, melebihi faktor rekan sebaya.
Banyaknya kejadian kekerasan yang terjadi belakangan ini merupakan manifestasi dari perilaku agresif, baik yang dilakukan secara verbal (kata-kata) maupun non-verbal (action). Berbagai wujud perilaku agresi ini bisa kita temukan hampir pada setiap pemberitaan media massa, bahkan dalam kehidupan di lingkungan sekitar.
Mencaci-maki, mengumpat, merampok, bahkan sampai pembunuhan sekalipun, serta segala jenis perilaku kriminal dan tindak kekerasan, merupakan perwujudan dari perilaku agresif.
Walaupun data pasti akan terjadinya “tindakan agresif” ini sangatlah sulit untuk ditemukan secara dokumentatif namun lebarnya perbedaan pemahaman antar institusi yang menangani dampak/akibat dari tindakan agresif ini akhirnya memiliki perspektif yang berbeda-beda. Data yang bisa diakses (walaupun tidak seluruhnya) biasanya yang terkait dengan tindak kriminal yang terpusat di kepolisian.
Sedangkan, secara de jure (“de yure”) tidak semua perilku agresif (maupun akibat yang ditimbulkan) masuk dalam ranah tindak kriminal. Perilaku agresif bisa juga diartikan sebagai luapan emosi atas reaksi terhadap kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk “perusakan” terhadap orang atau benda dengan disertai unsur kesengajaan yang bisa diekspresikan melalui kata-kata (verbal) dan perilaku non-verbal.
Agresi merupakan setiap bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, atau bahkan walau sekedar hanya merupakan perasaan ingin menyakiti orang lain.
Suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok. Melihat perilaku agresif sebagai perilaku yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan adanya rangsangan situasi tertentu sehingga menyebabkan seseorang itu melakukan tindakan agresif. Perilaku ini boleh dilakukan secara dirancang, seketika atau kerana rangsangan situasi.
Rata-rata penyebab tawuran salah satunya dikarenakan tuntutan pergaulan di kalangan remaja dan faktor tradisi yang turun temurun.
Tindakan agresif ini biasanya merupakan tindakan anti sosial yang tidak sesuai dengan budaya dan agama dalam suatu masyarakat. Perilaku agresif merupakan sesuatu yang dipelajari dan bukannya perilaku yang dibawa individu sejak lahir. Perilaku agresif ini dipelajari dari lingkungan sosial seperti interaksi dengan keluarga, interaksi dengan rekan sebaya dan media massa melalui modelling.
Munculnya perilaku agresif melibatkan banyak faktor. Pembahasan tentang faktor-faktor penyebab munculnya perilaku agresif juga amat tergantung dari sisi pendekatan yang digunakan. Setidaknya ada empat pendekatan utama untuk memahami beberapa penyebab munculnya perilaku agresif ini, yaitu:
- Pendekatan biologis,
- Pendekatan psikologis,
- Pendekatan situasional, dan
- Pendekatan sosio-ecological.
Pendekatan Biologis, memandang bahwa perilaku agresif terkait dengan kondisi hormon testosterone dalam diri individu bisa disebabkan karena abnormalitas anatomis, misalnya kelainan pada jaringan syaraf otak.
Secara biologis, ada beberapa perspektif yang digunakan untuk menjelaskan tentang munculnya perilaku agresif ini, diantaranya adalah perspektif secara etologis, sosiobiologis dan genetika perilaku.
Perspektif Etologi
Perilaku agresif dalam Perspektif Etologi disebabkan oleh faktor instingtif dalam diri manusia dan perilaku ini dilakukan dalam rangka adaptasi secara evolusioner.
Perilaku agresif menurut perspektif ini diyakini sebagai upaya untuk mempertahankan diri (biasanya secara teritori/ kewilayahan) dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.
Termasuk didalamnya adalah agonistic aggression, yaitu se-perilaku agresi yang dilakukan dalam upaya mempertahankan teritory dan dominasi hirarki bahkan ada pihak yang masih meyakini dan beranggapan bahwa manusia itu sama halnya binatang yang memiliki naluri (instinct) bawaan yang sifatnya agresif.
Perspektif Sosiobiologi
Perspektif Sosiobiologi percaya bahwa perilaku agresif berkembang karena adanya kompetisi sosial terhadap sumber daya yang terbatas. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, agar tetap survive untuk tetap menjaga dan mengembangkan sisi manusia atau-pun komunitas nya. Tanpa agresi manusia akan punah atau dipunahkan olah pihak lain.
Perilaku agresif menurut perspektif ini merupakan sesuatu yang fundamental karena merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya.
Perspektif Genetika
Kecenderungan perilaku agesif dalam Perspektif Genetika perilaku merupakan bagian sifat bawaan genetik individu yang diwariskan dari orang tuanya (hereditary).
Individu-individu yang berhubungan secara genetis memiliki kecenderungan agresif yang satu sama lain lebih serupa, dibanding individu-individu yang tidak memiliki hubungan secara genetis.
Pendekatan Psikologis, ada sejumlah teori besar yang mendasari pemikiran mengenai agresi, antara lain teori instinct oleh Sigmund Frued. Dalam pendekatan inipun terdapat beberapa perspektif dalam memahamai perilaku agresif.
Para ahli mencatat setidaknya ada 7 (tujuh) perspektif agresif dalam perspektif ini, yaitu:
- Perspektif Psikoanalisis,
- Perspektif Frustrasi-agresi,
- Perspektif Neo-asosianisme Kognitif,
- Model pengalihan rangsangan,
- Perspektif Sosialkognitif,
- Teori pembelajaran sosial, dan
- Perspektif model interaksi sosial.
Pendekatan Situasional, yang mencoba melihat beberapa kondisi situasional sebagai pencetus (trigger) munculnya perilaku agresif. Pendekatan ini meyakini bahwa perilaku agresif bukanlah merupakan faktor bawaan (naluri) yang ada pada setiap individu.
Munculnya perilaku agresif melibatkan faktor-faktor (stimulus-stimulus) eksternal sebagai determinan-determinan dalam pembentukan agresi.
Aspek-aspek situasi yang memicu atau memperburuk perilaku agresif merupakan stimulus yang muncul pada situasi tertentu yang mengarahkan perhatian individu ke arah agresi sebagai respons yang potensial. Beberapa pengaruh situasi yang memicu perilaku agresif tersebut diantaranya adalah karena adanya efek senjata.
Terima Kasih.
Salam Literasi!
Post a Comment